Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah.
Peribahasa semacam ini tidaklah asing di setiap benak kita semua. Hal ini menanamkan suatu sugesti bahwa seorang ibu memiliki kasih sayang tak terbatas apapun termasuk waktu. Tidak hanya itu, kita pun selalu diajarkan untuk menyayangi dan menghormati orang tua yang sudah melahirkan dan membesarkan dengan susah payah.
Lantas bagaimana bisa terjadi pembunuhan terhadap seorang ibu? Seperti dalam kasus yang terjadi di Kabupaten Cilacap pada 8/9/21. Seorang anak membunuh ibunya dengan keji menggunakan parang. Sebagai manusia yang memiliki naluri, bagi kita tentu hal ini sungguh sangat tragis dan tidak memiliki sisi kemanusiaan, terlebih pembunuhan dilakukan kepada seseorang yang sudah melahirkannya.
Namun tak ada asap jika tak ada api, demikian tidak ada akibat tanpa sebab, segala perbuatan pasti sudah memiliki dalil untuk menguatkan niat perbuatannya menjadi nyata. Bukan berarti membenarkan tindak kejahatan, tidak. Namun untuk menjadikan mawas diri dari berbagai penyebab kejahatan yang muncul bahkan bisa dilakukan oleh orang terdekat yang kita tak pernah menduga akan tega melakukannya.
Menilik lagi bagaimana pembunuhan seorang ibu dapat terjadi? Berdasarkan pemeriksaan, pembunuhan tersebut terjadi akibat rasa sakit hati yang menumpuk. Mulai dari amarah yang sering diluapkan seorang ibu, didiamkan, hingga merasa pilih kasih. Bagi si anak sudah berusaha melakukan semampunya untuk membantu ibunya berjualan bubur, tetapi seperti tidak dianggap jerih payahnya.
Bagaimana jika penyebab dari pembunuhan seorang anak terhadap ibunya adalah toxic parents? Mungkinkah?
Kata toxic parents mungkin terlalu menyudutkan pihak orang tua dalam mendidik anak, namun sebelum melanjutkan, mari telaah terlebih dahulu mengenai istilah ini. Toxic parents menurut I Putu Adi Saskara dan Ulio (2020) sebenarnya tidak hanya atau selalu menekankan pada hukuman fisik kepada anak apabila anak melakukan kesalahan. Namun dapat juga diartikan meracuni kesehatan mental anak dengan kata-kata kasar maupun ucapan yang secara perlahan membunuh semangat anak. Yang ini justru paling berbahaya karena tidak terlihat.
Memposisikan diri sebagai orang tua memanglah tidak mudah, bahkan tak sedikit orang tua yang bedalih merasa bahwa sudah melakukan hal benar demi kebaikan anak. Sayangnya tak sedikit pula yang melakukannya dengan cara yang salah. Kurang memperhatikan bagaimana mental anaknya terbentuk dengan cara mendidiknya.
Tidak sedikit pula penanaman hal ini sudah tergaris secara turun temurun melalui pengalaman seseorang dalam memperoleh didikan. Yang perlu diperhatikan bahwa tidak bisa menggeneralisir bahwa anak memiliki ketahanan mental yang sama bahkan dengan diri Anda yang sudah terdidik dengan demikian. Lebih lanjut, apa saja kebiasaan toxic parents?
Memiliki Ekspektasi yang Berlebihan pada Anak
Orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk masa depan anaknya, bahkan mengesampingkan angan-angan mereka ingin menjadi apa suatu saat. Misalnya orang tua menginginkan anaknya menjadi seorang Dokter katakanlah, padahal si anak lebih tertarik pada dunia seni. Orang tua dapat berdalih bahwa jaminan masa depan yang baik datang jika menjadi seorang dokter, namun bagaimana jika anak tidak berminat? Apakah orang tua akan tetap memaksakan dengan mematahkan bakatnya?
Tidak sedikit anak yang merasa cukup terbebani dengan ekspektasi orang tua kelak akan menjadi apa. Sementara si anak tidak mampu untuk memenuhi karena merasa tidak memiliki bakat atau passion sesuai dengan keinginan orang tua. Hal ini dapat memberikan tekanan tersendiri dalam psikologisnya, yang bukan tidak mungkin ia menjadi gamang dalam menjalani keterpaksaan.
Suka Mengatur
Segala sesuatu yang anak lakukan sudah diatur oleh orang tuanya dengan tekanan bahwa “kamu harus menjadi anak yang nurut dengan orang tua demi kebaikan”. Selama anak tidak melakukan kesalahan sebaiknya biarkan dia berperilaku sesuai dengan kehendaknya. Peran orang tua disini adalah dengan mengarahkan bahwa perilaku yang diperbuatnya haruslah yang mengarah pada kebaikan dan tidak merugikan siapapun.
Mengumbar Keburukan Anak
Sudah menjadi naluri manusia, bahwa setiap orang akan merasa terkucil dan terganggu perasaannya jika keburukannya diumbar. Misalnya saja beberapa orang tua masih sering membandingkan dengan anak tetangga yang katakanlah dianggap lebih sukses atau sesuai dengan impian mereka yang seharusnya itu bisa didapatkan anaknya. Bukan tidak mungkin hal ini akan melukai perasaan si anak dan membuatnya merasa seperti tidak berguna.
Menyalahkan dan Verbal Abuse
Menyalahkan seorang anak bahkan dari kesalahan kecil saja dapat mengurangi rasa kepercayaan diri baginya. Terlebih jika dibubuhi dengan kata-kata yang menyinggung, meskipun tidak kasar tetapi cukup menyakiti hati anak kuranglah pantas diterapkan. Di benak anak akan tertanam bahwa dirinya hanyalah bisa melakukan kesalahan, merasa kecil hati. Terlebih apabila kata-kata tersebut diucapkan dengan nada yang tinggi atau bahasa yang tidak sepantasnya diucapkan. Orang lain pun dapat tersinggung dengan perkataan semacam itu, sempatkah berpikir bahwa anak pun dapat tersinggung? Meski tidak diungkapkan tetapi bukan tidak mungkin mereka terus memikirkan hal tersebut.
Tidak Menghargai Usaha Anak
Anak akan selalu mencoba untuk membanggakan orang tua semampu mereka. Namun terkadang orang tua masih menutup mata bahwa mereka melakukannya demi mendapatkan apresiasi. Tak sedikit mungkin yang mengatakan bahwa yang anak lakukan adalah hal biasa dan lumrah dilakukan sehingga tidak perlu apresiasi. Perlu dipahami bahwa apa yang mereka lakukan serta merta untuk mendapatkan perhatian lebih dari anda, buatlah mereka merasa bangga akan usaha yang dilakukan meskipun bagi orang tua tidaklah seberapa.
Komunikasi antar orang tua dan anak memang sangat diperlukan untuk menghindari pemahaman-pemahaman yang tidak selaras. Tidak hanya dari segi anak yang harus menyesuaikan orang tua, tetapi sebaliknya saling memahami agar tercipta hubungan harmonis dan saling menyayangi. Sehingga tidak terjadi hal-hal tidak diinginkan dan berujung pada penyesalan.
Analisa Oleh: Cahyaningtias Purwa Andari
Sumber Tautan Berita
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5716904/begini-pengakuan-pelaku-pembunuh-ibu-kandung-di-cilacap